Powered By Blogger

Friday, October 11, 2013

Satu siang di senen, Jakarta pusat.

Siang itu matahari begitu terik, membakar kulit setiap orang yang berjalan menantang panasnya. Lalu lalang kendaraan bermotor seakan ikut menambahkan panas yang dapat dirasakan oleh setiap orang saat itu.

Aku berjalan dengan gontai menyusuri tepi trotoar yang siang itu dipenuhi dengan pedagang kaki lima. Motor telah kuparkirkan di tukang parkir liar pinggir jalan karena dekat dan mudah menemukannya. Dompet kupindahkan ke saku depan, sedangkan di saku celana bagian kiri belakang sudah kusiapkan sebuah palu, untuk berjaga-jaga kalau ada yang masih nekat ingin berbuat jahat.

Terlihat sepanjang trotoar itu penuh sekali dengan pedagang kaki lima. Berbagai macam barang yang ditawarkan oleh mereka dengam harga miring dan mereka sesekali mengklaim kalau barang dagangan mereka tidak kalah kualitasnya dengan barang yang dijual di mall besar ataupun pedagang ITC mangga dua.

Satu hal yang membuatku tertarik adalah penjual gadget dadakan yang ada di dekat halte bus, sebelum perlintasan kereta api. Tidak hanya satu, mereka ada bamyak. Mereka menjual gadget dengan julukan batangan yang asal-usulnya tidak jelas darimana.

Kucoba melihat barang dagangan mereka. Kupilih satu kios yang disana ternyata ada sebuah gadget buatan produsen elektronik ternama berlambangkan buah apel. Kuamati lekat-lekat dan si penjual pun menghampiriku.

"mau beli 4s bang?" katanya. "boleh saya lihat dulu?" tanyaku sambil langsung mengambil gadget itu dan mengeceknya. Belum sempat tanganku menekan tombol semata-wayang yang ada di bagian muka gadget itu, penjual itu langsung berseloroh "itu bukan 4s asli bang, itu harganya 750 aja. Bisa telepon, sms, internet. Lumayan bisa gaya...". Mendengar itu aku hanya tersenyum, segera kuletakan gadget jadi-jadian itu dan berkata "saya butuhnya yang asli bang". Kemudian aku berlalu begitu saja dan sang penjual pun hanya bisa bengong.

Kulanjutkan langkahku ke arah stasiun senen. Ternyata disana ada semacam lapangan dan tugu peringatan. Bangunannya terlihat kokoh tapi sayangnya tidak terurus. Beberapa bagiannya rusak, ada coretan dan bahkan ada yang dijadikan tempat berjualan oleh pedagang asongan. Aku pun memotret beberapa gambar dari tugu tersebut.

Selesai memotret, aku membeli otak-otak di pedagang asongan. Lumayan buat ganjal perut. Harganya 7rb rupiah daaaaan rasanya... ga enak... hahaha

Karena haus aku mencari tukang minuman daaaan kutemukan hal amazing lagi. Ada tukang minuman yang menjual minuman limun jeruk dengan harga seribu rupiah. Karena penasaran aku pun membeli minuman itu. Setelah kuminum, rasa sebenarnya ketahuan. Manis getir dan dingin. Hahaha...